BUTA
Karya:AlbertCakraRamadhanZebua
Hitam putih selalu netral
Corak norak selalu menduka
Namun,, itulah nafas kita
Indah A tak tampak B
Tapi, mengapa kau samakan?
Pernahkah kau jadiku?
Apa kau tau rasaku?
Apa patok adalah rupa
Apa harta jadi tuntutan
Katarak mulai menebar
Tetes pelita tak dapat kau lihat
Pikirlah..
Akankah roda tak bisa berputar
Akankah tupai tak bisa melompat
Bisa, saat...
Ini telah terseret kesegala arah
Deruku.. Seruku...
Semua pilu kutanggung sendiri
Kasih tak bisa kuraih lagi
Karna harta!!!
Rupa!! Selalu menutupi
Buah pikiran yang menyalurkan ke jemari dan kubiarkan pena menari meninggalkan jejak sajak yang bermakna penuh dalam hidupku. Kuharap dapat berguna bagi para teman sekalian.
Jumat, 30 Januari 2015
POEM 3
SEKARAT
Karya:AlbertCakraRamadhanZebua
Hujan tiba panas berlari
Panas tiba hujan naik tak berkutik
Nafas mendesak bagai ombak
Lelah melingkupi
Terkutuk! Teriak Penguasa
Semua terdiam meratap nasib
Semut menghindar dari gula
Nyamuk menghindar dari darah
Semua intan permata lenyap dalam otak
Semua rintihan merasuk dada
Jemari mengempal
Menahan hembusan angin yang tak terkendali
Lelah?
Azab telah meradang
Semua buah pikir tak kau pegang
Lenyaplah kau! Namun Ku tak sanggup
Semua nyanyian doa menyambar telinga
Penguasa bersabar
Kata maaf terucap menusuk rongga paru
Lakukan sesuai perintah
Janganlah kau mengulang hal tercela.
Karya:AlbertCakraRamadhanZebua
Hujan tiba panas berlari
Panas tiba hujan naik tak berkutik
Nafas mendesak bagai ombak
Lelah melingkupi
Terkutuk! Teriak Penguasa
Semua terdiam meratap nasib
Semut menghindar dari gula
Nyamuk menghindar dari darah
Semua intan permata lenyap dalam otak
Semua rintihan merasuk dada
Jemari mengempal
Menahan hembusan angin yang tak terkendali
Lelah?
Azab telah meradang
Semua buah pikir tak kau pegang
Lenyaplah kau! Namun Ku tak sanggup
Semua nyanyian doa menyambar telinga
Penguasa bersabar
Kata maaf terucap menusuk rongga paru
Lakukan sesuai perintah
Janganlah kau mengulang hal tercela.
POEM 2
PANAH
Karya:AlbertCakraRamadhanZebua
Panah berjalan dari kiri ke kanan
Terus menerus tak bisa kuberhentikan
Dia tuli dan sangat nakal
Semua orang menerima pilu karena dia
Sangat indah
Karya panah sungguh indah
Hingga kau! Kau pun tunduk pada dia
Dia yang mengatur jalan semua hidup
Detik berjalan dengan kepongahannya
Tanpa melirik maju tanpa ragu
Kalian diam! Kalian diam layak budak!
Bodoh! Otak dangkalmu macet
Dia hanyalah panah yang hidup dengan baterai
Dia hanyalah hiasan yang hidup dengan paku
Tapi, mengapa kau sujud kepadanya?
Bukankah kau penghidup dia
Pusat saraf mulai berjalan
Mengarungi lautan mendaki pegunungan
Diam terpaku malu dengan kulo
Netizen saja tak pernah perduli
Kau! Janganlah mau diperbudak panah.
Karya:AlbertCakraRamadhanZebua
Panah berjalan dari kiri ke kanan
Terus menerus tak bisa kuberhentikan
Dia tuli dan sangat nakal
Semua orang menerima pilu karena dia
Sangat indah
Karya panah sungguh indah
Hingga kau! Kau pun tunduk pada dia
Dia yang mengatur jalan semua hidup
Detik berjalan dengan kepongahannya
Tanpa melirik maju tanpa ragu
Kalian diam! Kalian diam layak budak!
Bodoh! Otak dangkalmu macet
Dia hanyalah panah yang hidup dengan baterai
Dia hanyalah hiasan yang hidup dengan paku
Tapi, mengapa kau sujud kepadanya?
Bukankah kau penghidup dia
Pusat saraf mulai berjalan
Mengarungi lautan mendaki pegunungan
Diam terpaku malu dengan kulo
Netizen saja tak pernah perduli
Kau! Janganlah mau diperbudak panah.
POEM 1
PIKIRAN SEMATA
Karya: Albert Cakra Ramadhan Zebua
Ku kejar angin namun ku tak sanggup
Ku cari setia tak satupun ada
Hingga surya merunduk
Ramai tertidur pulas
Ku bingung apa
Ku bingung mengapa
Dimana semua sahabat
Dimana semua teman
Pikiran semata layak sampah
Teriris pisau terengah-engah
Hingga pilu tercucur gravitasi
Siapa peduli aku?
Siapa penyayang aku?
Tak ada yang tau
Pikiran semata.
Karya: Albert Cakra Ramadhan Zebua
Ku kejar angin namun ku tak sanggup
Ku cari setia tak satupun ada
Hingga surya merunduk
Ramai tertidur pulas
Ku bingung apa
Ku bingung mengapa
Dimana semua sahabat
Dimana semua teman
Pikiran semata layak sampah
Teriris pisau terengah-engah
Hingga pilu tercucur gravitasi
Siapa peduli aku?
Siapa penyayang aku?
Tak ada yang tau
Pikiran semata.
Langganan:
Postingan (Atom)