Jumat, 30 Januari 2015

POEM 4

BUTA
Karya:AlbertCakraRamadhanZebua

Hitam putih selalu netral
Corak norak selalu menduka
Namun,, itulah nafas kita

Indah A tak tampak B
Tapi, mengapa kau samakan?
Pernahkah kau jadiku?
Apa kau tau rasaku?

Apa patok adalah rupa
Apa harta jadi tuntutan
Katarak mulai menebar
Tetes pelita tak dapat kau lihat

Pikirlah..
Akankah roda tak bisa berputar
Akankah tupai tak bisa melompat
Bisa, saat...
Ini telah terseret kesegala arah

Deruku.. Seruku...
Semua pilu kutanggung sendiri
Kasih tak bisa kuraih lagi
Karna harta!!!
Rupa!! Selalu menutupi

POEM 3

SEKARAT
Karya:AlbertCakraRamadhanZebua

Hujan tiba panas berlari
Panas tiba hujan naik tak berkutik
Nafas mendesak bagai ombak
Lelah melingkupi

Terkutuk! Teriak Penguasa
Semua terdiam meratap nasib
Semut menghindar dari gula
Nyamuk menghindar dari darah

Semua intan permata lenyap dalam otak
Semua rintihan merasuk dada
Jemari mengempal
Menahan hembusan angin yang tak terkendali

Lelah?
Azab telah meradang
Semua buah pikir tak kau pegang
Lenyaplah kau! Namun Ku tak sanggup
Semua nyanyian doa menyambar telinga

Penguasa bersabar
Kata maaf terucap menusuk rongga paru
Lakukan sesuai perintah
Janganlah kau mengulang hal tercela.

POEM 2

PANAH
Karya:AlbertCakraRamadhanZebua

Panah berjalan dari kiri ke kanan
Terus menerus tak bisa kuberhentikan
Dia tuli dan sangat nakal
Semua orang menerima pilu karena dia

Sangat indah
Karya panah sungguh indah
Hingga kau! Kau pun tunduk pada dia
Dia yang mengatur jalan semua hidup

Detik berjalan dengan kepongahannya
Tanpa melirik maju tanpa ragu
Kalian diam! Kalian diam layak budak!
Bodoh! Otak dangkalmu macet

Dia hanyalah panah yang hidup dengan baterai
Dia hanyalah hiasan yang hidup dengan paku
Tapi, mengapa kau sujud kepadanya?
Bukankah kau penghidup dia

Pusat saraf mulai berjalan
Mengarungi lautan mendaki pegunungan
Diam terpaku malu dengan kulo
Netizen saja tak pernah perduli
Kau! Janganlah mau diperbudak panah.

POEM 1

PIKIRAN SEMATA
Karya: Albert Cakra Ramadhan Zebua

Ku kejar angin namun ku tak sanggup
Ku cari setia tak satupun ada
Hingga surya merunduk
Ramai tertidur pulas

Ku bingung apa
Ku bingung mengapa
Dimana semua sahabat
Dimana semua teman
Pikiran semata layak sampah

Teriris pisau terengah-engah
Hingga pilu tercucur gravitasi
Siapa peduli aku?
Siapa penyayang aku?
Tak ada yang tau
Pikiran semata.